Sindrom FOMO yang merupakan
singkatan dari Fear Of Missing Out adalah kondisi ketika seseorang takut
dianggap kudet (kurang update), tidak kekinian apalagi trendy. Mengingat
fenomena dunia maya yang kian cepat dengan munculnya informasi membuat
masyarakat digital (netizen) makin mudah terdorong dalam sindrom FOMO tersebut.
Psikologi berperan besar dalam
banyak kampanye maupun promosi yang sukses dan FOMO adalah salah satu strategi
psikologis terbesar yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan keberhasilan
upaya promosi. FOMO menjadi sebuah kekuatan ketika konsumen saat akses gadget
mereka dan mendapat informasi baru mereka merasa “kok si ini sudah ngikutin
tren itu sih”. Ini berlaku untuk pengguna dari semua kelompok umur.
Pengguna yang mengalami FOMO
lebih cenderung terlibat di media sosial, dan dapat didorong untuk melakukan
pembelian dipengaruhi oleh rasa ketakutan tersebut. Karena itu, ini merupakan
alat yang sangat berguna bagi pemasar yang tidak boleh diabaikan.
Terdapat empat trik menarik dalam
menjalankan strategi FOMO Marketing, apa saja?
Mendesak & Urgent!
Buat konsumen merasa terdesak
kalau tidak segera mengambil keputusan mengonsumsi produk tersebut. Jadikan
keputusan membeli tersebut adalah hal urgent yang layak untuk diambil. Contoh
strategi ini terdapat pada proses peluncuran sepatu Adidas Yeezy 350 V2 Black
bulan Juni 2019 silam yang terjual habis di outlet Daily Dose – Mall Grand
Indonesia. Antusiasme konsumen sedemikian riuh karena produk hasil kolaborasi
antara Adidas dengan penyanyi HipHop Kanye West ini diproduksi secara terbatas.
Mewakili Perasaan
Membawa target konsumen akan
sebuah cerita yang menyentuh perasaannya akan menjadi hal yang menarik minat
beli. Contohnya adalah konsep native advertising yang saat ini marak dijalankan
oleh portal online seperti idntimes atau hipwee. Mereka mengawali iklan dengan
memberikan berita atau informasi yang dekat dengan isu sosial netizen, lalu
diakhiri dengan closing berupa
sinkronisasi isu di awal informasi terhadap value dari sebuah brand atau
produk.
Promosikan Pengalaman dari
suatu Produk
Milenial lebih menghargai
pengalaman daripada menilai produk. Ini membuat acara promosi, termasuk acara
seperti penjualan atau peluncuran produk baru, lebih mudah dari sebelumnya.
Tidak ada yang mau ketinggalan sesuatu yang terjadi. Ini adalah bagian dari
alasan orang berbaris berjam-jam untuk iPhone baru setiap tahun, bahkan jika
iPhone lama mereka masih berfungsi — jika ada yang baru, mereka tetap tidak mau
ketinggalan.
Konten buatan konsumen juga bisa
ikut berperan di sini, mereka akan menunjukkan pengalaman sebagai pelanggan dengan produk Anda yang bisa Anda
bagikan di media sosial.
Memanfaatkan Eksklusivitas
Orang secara alami ingin diundang
untuk bergabung dengan grup eksklusif. Eksklusivitas dapat menghasilkan
pelanggan yang lebih loyal, serta menginspirasi rasa takut ketinggalan.
Kelangkaan dan eksklusivitas juga bekerja sama dengan baik, dan pemikiran bahwa
sesuatu itu eksklusif akan membuat pengguna lebih tertarik untuk mendaftar.
Contoh eksklusivitas adalah
termasuk menawarkan sampel produk kepada hanya beberapa pelanggan terpilih
(endorser) sebelum diluncurkan secara resmi.
Ketakutan bisa menjadi motivator
yang kuat, terutama ketika ada ketakutan umum di antara target audiens yang
bisa Anda pasarkan. Memanfaatkan ketakutan kehilangan yang sangat lazim dalam
upaya pemasaran Anda dapat membantu memberi Anda pelanggan baru dan jalur laba
yang lebih besar, terutama ketika Anda memanfaatkan strategi seperti menerapkan
urgensi dan kelangkaan serta memanfaatkan bukti sosial. Pengguna tidak ingin
ketinggalan apa pun, jadi pastikan mereka tahu mengapa mereka tidak ingin
ketinggalan dengan brand yang Anda ciptakan.
Komentar