Langsung ke konten utama

Why The Copycat Brands Exist?


Siapa nama murid paling populer ketika Anda masih berada di bangku sekolah? Berapa banyak anak yang ingin menjadi sepertinya? Mengapa dia bisa terkenal, adalah frasa yang kemudian menjadi latar belakang banyak siswa lain yang ingin mendapatkan kepopuleran seperti si charming itu.
     Begitu pula ketika sebuah bisnis ingin dikembangkan, banyak start up yang ogah bertarung di liarnya persaingan bisnis sehingga membuat produk dengan konsep dan jenis yang memiliki kemiripan dengan produk yang telah sukses terlebih dahulu. Alasan-alasan secara terperinci lain yang melatarbelakangi unsur copycat ini menurut penulis antara lain:

  1. Produk Daily Needs: Sudah dipastikan sebelumnya oleh si pembuat produk bahwa produk yang  akan dipasarkannya adalah produk yang lazim dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, dia tiru keunggulan dari produk yang sudah terkenal lebih dulu sebelumnya lalu mengemas dengan konsep yang sedikit berbeda (merk baru) tapi tetap ada kemiripan dengan harga cenderung lebih rendah.
  2. Pecah Kongsi: Ini juga alasan yang sering muncul ketika sebuah produk dengan merk tertentu memunculkan peniru atau copycat. Apalagi ketika owner yang satu dengan owner yang lain sama-sama dikenal kuat oleh publik sebagai kreator merk tersebut. 
  3. Stalker: Sedikit menyeramkan ya istilahnya, tapi memang kompetitor survey selalu akan digencarkan oleh para kompetitor. Mereka bisa saja menguntit dan mencari tahu rahasia kesuksesan sebuah brand dan ketika mereka mendapatkan investor atau pendanaan yang kuat, mereka akan berusaha menggempur pertahanan si merek yang sebelumnya sudah kuat di pasaran.
The Anticipation:
Persaingan memang semakin gila-gilaan, penulis sendiri kaget menyadari ketika toletries favoritnya yaitu merk "Original Source" keluaran Cussons yang hanya dijual di hiper market tertentu seperti Carrefour, ternyata secara produk dan konsep desain grafis kemasan ditiru oleh merk "Wake Up!" keluaran perusahaan toiletries Tesco. 
Dengan demikian perlu disadari bahwa persaingan di pasar memang seperti "concrete jungle", bagi pemilik produk dan merk yang merasa menjadi keluaran pertama sebaiknya tetap menjaga brand humbleness selain ciri otentik dan keunggulannya. Jangan sampai mengeluarkan statement "mereka bukan kelas kita karena meniru", sebab apabila muncul arogansi, tanpa disadari si peniru bisa saja lebih banyak berinovasi dan melakukan manuver canggih untuk melibas produk "keluaran pertama" yang sudah sukses sebelumnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garri Juanda, Tentang Karir, Bisnis dan Tentang Anak

Apa yang membuat AW&Co (PR & MarComm Consulting) tertarik mengulas Garri Juanda berawal dari kiprahnya yang pernah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Tokopedia. Ia telah bergabung dengan Tokopedia sejak tahun 2016 dan telah memegang berbagai posisi, termasuk Vice President of Marketplace dan Co-Head of Marketplace. Garri lahir dan besar di Jakarta. Ia lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, dengan mengambil jurusan Business Administration. Setelah lulus dari universitas pada tahun 2007, Garri bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama dua tahun. Pada tahun 2009, Garri bergabung dengan Rakuten, perusahaan e-commerce terbesar di Jepang. Di Rakuten, Garri bekerja sebagai product manager dan kemudian sebagai lead corporate planning officer. Selama bekerja di Rakuten, Garri terlibat dalam pengembangan berbagai produk dan layanan baru, termasuk Rakuten Mar...

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan...

Kalau (Pak) Andin Rahmana Ngobrol Digital Marketing

Andin Rahmana, seorang profesional di bidang digital marketing adalah relasi AW&Co Communication & Business consulting sejak beliau masih di Yogyakarta pada medio tahun 2012. Sebagai seorang ayah dengan dua anak, Andin terbiasa “juggling” dalam aktivitas sebagai kepala keluarga dan karir yang dijalani. Saat ini, Andin menjabat sebagai Head of Academic & Community di Purwadhika Digital Technology School. Padahal, Saat Kuliah Ingin Jadi Penyiar Perjalanan karir Andin dimulai dari minatnya pada dunia penyiaran. Saat masih menempuh studi S1 di bidang komunikasi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Andin mencoba peruntungannya menjadi penyiar di radio Swaragama FM, sebuah radio terkenal di Yogyakarta. Meskipun suaranya belum memenuhi kriteria sebagai penyiar, pihak manajemen Swaragama melihat potensi Andin di bidang lain, yaitu digital marketing. Andin pun memulai karir pertamanya di bidang digital marketing pada tahun 2010 dengan mengelola website serta akun Twitter dan Face...