Langsung ke konten utama

The Exquisite of Brand Equity


Impian setiap brand manager bisa jadi adalah membuat brand yang dikembangkannya menjadi bagian dari kehidupan konsumennya. Dari mulai bangun tidur, beraktivitas hingga si konsumen beristirahat, brand-brand tersebut mengiringi hari-hari si konsumen dan dia menggunakannya dengan pride atau penuh kebanggaan. 
    
"I need that brand, since its valuable for me"
"I want this one, always put it on my top list, yeah it defines me when I wore it"

Menjadi kalimat yang diharapkan oleh brand manager untuk keluar dari mulut target market yang disasar oleh sebuah brand. Kemunculan ungkapan demikian dari konsumen telah menjadi penanda bahwa sebuah brand telah memiliki ekuitas (brand equity). Lalu, hal-hal apa sajakah yang membuat sebuah brand atau merek bisa memunculkan ekuitas?


Menurut Aaker (1991: 39), terdapat empat elemen dalam ekuitas merek ini 

  1. Brand awareness (kesadaran akan merek), yakni kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu.
  2. Perceived quality (persepsi terhadap merek), penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan, dimana hal ini didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen terhadap kualitas produk.
  3. Brand association (asosiasi merek), segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek, bisa jadi asosiasi dari makna tertentu.
  4. Brand loyalty (loyalitas merek), keterkaitan pelanggan terhadap suatu merek.
Tantangan yang muncul adalah ketika ekuitas merek atau brand equity dapat tersaji dalam sebuah citra yang EXQUISITE.



Source:
Aaker, A. David. 1991. Managing Brand Equity: Capitalyzing on The Value of Brand Name. New York: The Free Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garri Juanda, Tentang Karir, Bisnis dan Tentang Anak

Apa yang membuat AW&Co (PR & MarComm Consulting) tertarik mengulas Garri Juanda berawal dari kiprahnya yang pernah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Tokopedia. Ia telah bergabung dengan Tokopedia sejak tahun 2016 dan telah memegang berbagai posisi, termasuk Vice President of Marketplace dan Co-Head of Marketplace. Garri lahir dan besar di Jakarta. Ia lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, dengan mengambil jurusan Business Administration. Setelah lulus dari universitas pada tahun 2007, Garri bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama dua tahun. Pada tahun 2009, Garri bergabung dengan Rakuten, perusahaan e-commerce terbesar di Jepang. Di Rakuten, Garri bekerja sebagai product manager dan kemudian sebagai lead corporate planning officer. Selama bekerja di Rakuten, Garri terlibat dalam pengembangan berbagai produk dan layanan baru, termasuk Rakuten Mar...

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan...

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  di...