Langsung ke konten utama

Netflix - Caught In The Middle


Kehidupan masyarakat urban yang makin sibuk sangat dimungkinkan untuk membutuhkan refreshment di tengah-tengah kesibukan mereka. Apalagi sarana hiburan yang mudah diakses, ada dalam genggaman dan tidak menyita banyak waktu? Tentu saja adalah gadget. Netflix muncul ditengah-tengah "kegalauan" akan masyarakat urban tersebut di awal 2016 ini. Brand ini menyajikan hiburan berupa streaming film dengan praktis dan bisa diakses secara online di manapun dan kapanpun.
     Bagi penulis, kemunculan Netflix juga tidak hanya di tengah-tengah hiruk pikuk-nya masyarakat urban tetapi juga kesesuaian tarif dengan gaya hidup kelas menengah serta usia pertengahan atau muda-dewasa (25-35 tahun). Yak, seolah-olah Netflix telah caught in the middle atau ditangkap oleh segmentasi pasar kelas menengah. Bagi mereka yang hobi menonton film, menyajikannya sebagai hiburan dengan akses yang mudah akan menjadi kebutuhan dan Netflix memunculkan prioritas tersebut. Adapun rate paket berlangganan Netflix juga masih terjangkau karena berkisar di angka seratus ribuan.
     Apabila jaringan TV kabel hanya bisa dinikmati pada perangkat yang tidak bisa dibawa ke mana-mana, Netflix memberikan kemudahan berupa mobile access. Sehingga Anda bisa men-download aplikasi ini pada platform iOS, Windows Phone maupun Android. Selain itu, Netflix juga dapat dinikmati pada perangkat PC maupun laptop yang terkoneksi secara online. Simak cara daftar Netflix pada link di sini.
     Netflix yang didirikan sejak tahun 1997 oleh Reed Hastings ini menjadi sarana penyedia hiburan streaming film yang tingkat peminatnya meledak sejak tahun 2010. Dan sejak 2013, Reed Hastings menempatkan 4 petinggi penting di Netflix. Berikut adalah gambar yang memberikan informasi terkait hal tersebut:





Sumber gambar:

https://vulcanpost.com/371081/netflix-launch-singapore-2016/
https://spideroak.com/about/our-passion
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702303277704579348774128548520
http://www.bloomberg.com/bw/articles/2013-05-09/netflix-reed-hastings-survive-missteps-to-join-silicon-valleys-elite#p2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garri Juanda, Tentang Karir, Bisnis dan Tentang Anak

Apa yang membuat AW&Co (PR & MarComm Consulting) tertarik mengulas Garri Juanda berawal dari kiprahnya yang pernah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Tokopedia. Ia telah bergabung dengan Tokopedia sejak tahun 2016 dan telah memegang berbagai posisi, termasuk Vice President of Marketplace dan Co-Head of Marketplace. Garri lahir dan besar di Jakarta. Ia lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, dengan mengambil jurusan Business Administration. Setelah lulus dari universitas pada tahun 2007, Garri bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama dua tahun. Pada tahun 2009, Garri bergabung dengan Rakuten, perusahaan e-commerce terbesar di Jepang. Di Rakuten, Garri bekerja sebagai product manager dan kemudian sebagai lead corporate planning officer. Selama bekerja di Rakuten, Garri terlibat dalam pengembangan berbagai produk dan layanan baru, termasuk Rakuten Mar...

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan...

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  di...