Adakah yang masih ingat di medio 2005 muncul istilah SMS PREMIUM dari artis
kenamaan? “SMS yang kamu terima langsung dari hp aku” kira – kira demikian
bunyi salah satu iklan yang muncul. Kala itu, dimana sosial media belum se-bombatis
sekarang dari jumlah user dan
dampaknya, sms premium muncul sebagai sarana bagi artis untuk “menjual”
informasi kegiatannya. Wajar saja demikian, karena sebagai public figure segala aktivitasnya jadi terkesan layak untuk
diikuti. Di sisi lain, provider telepon selular melihat peluang lain yakni
dengan menjual ketenaran artis tadi berbungkus SMS Premium. Penulis sendiri tidak
melakukan penelusuran lebih jauh soal tingkat keberhasilan kampanye ini tapi
setidaknya ini membuka pintu lain di era sekarang untuk berbagi informasi
tentang apa yang sedang kita kerjakan, kita lihat, dan dengarkan.
Dimulai dengan suatu pertanyaan,tentang apa yang sedang dilihat seseorang
di belahan bumi lain saat itu atau berbagi pengalaman melihat tentang menikmati
keindahan sunset di sebuah dermaga nan aduhai di salah satu pantai tropis di
dunia. Setahun lalu, dengan berbekal pertanyaan tersebut yang ada di kepalanya
seorang pemuda bernama Kayvon Beykpour asal Stanford University bersama
rekannya Tom O’Neill dan Harry Glaser menciptakan sebuah aplikasi bernama Periscope. Meski baru
setahun umurnya, nampaknya Periscope mulai digandrungi oleh para pegiat social media. Tak terkecuali para public figure di negeri ini. Berdasarkan fungsi yang terlihat saat ini, Periscope dimanfaatkan
para public figure (selebtwit masuk di dalamnya) untuk lebih
mendekatkan diri dengan para followers-nya
melalui sebuah interaksi audio visual. Setidaknya para followers-nya pun jadi lebih tahu apa yang sedang dikerjakan atau
yang menjadi concern sang public figure tersebut. Terlepas dari
isu penting tidaknya setidaknya ada konten dan interaksi antara 2 pihak di
situ.
Mengaca pada kasus tersebut, terlihat ada kemiripan antara konten SMS
premium dengan pemanfaatan Periscope yakni sebagai sarana untuk meng-grab followers dan menjalin interaksi
lebih dekat. Ada unsur kedekatan yang kemudian para followers terkesan lebih dekat meski interaksi video di media
sosial ini hanya 1 sisi saja yakni dari sisi sang broadcaster dalam hal ini artis yang bersangkutan, yak si followers tak lain hanya sebagai viewer yang interaksinya terjadi dengan
menuliskan komentar yang dapat dibaca oleh semua pihak yang saat itu turut
menjadi viewer. Di sisi lain,
Periscope tampak diminati karena pemanfaatannya yang nyaris gratis. Benar,
kedua pihak baik broadcaster maupun followers tidak perlu membeli aplikasi
tersebut namun ada biaya lain tak lain adalah langganan internet atau wifi.
Periscope sebagai
media sosial ini tentu saja sudah bisa dimanfaatkan lebih jauh lagi untuk mengajak dan
menggerakkan orang terhadap sebuah isu (yang positif). Mengajak followers untuk
peduli seperti yang dilakukan oleh Pandji (Pragiwaksono) yang sering mengajak
followersya untuk ngobol banyak topik yang tak melulu soal jualan produknya tapi
juga mengajak followersnya berinteraksi soal topik sepakbola dan mengajak iuran
untuk renovasi sebuah masjid paska insiden di Tolikara. Menarik? Tentu saja. Jadi,
setidaknya lewat media sosial ini frasa “ langsung dari hp aku” yang diucapkan
sang artis terpenuhi kan?
(Ditulis oleh: Eduardo Herlangga)
(Ditulis oleh: Eduardo Herlangga)
Komentar