Mengusung ke-khas-an lokal di Yogyakarta, Agung Wicaksono turut menyemarakkan hal tersebut dengan menciptakan bakpia karyanya dengan nama Picho Bakpia. nama Picho berawal dari "Princess-Chocolate" yakni produk cokelat Praline yang telah dibuat oleh istrinya sebelum muncul Picho Bakpia tersebut.
Pada Agustus 2014, Agung beserta istri kemudian mendirikan Picho Resto yang beralamatkan di Jln. Perumnas 123, Seturan Yogyakarta. Di resto yang buka dari jam sebelas siang hingga sepuluh malam inilah yang sekaligus menjadi outlet utama penjualan Picho Bakpia. Sedangkan cokelat Praline olahan sang istri dijadikan makanan pendamping minuman seperti teh atau kopi dan disajikan saat momentum promo seperti hari Valentine.
Keberadaan Picho Resto tersebut juga menjadi outlet utama untuk penjualan Picho Bakpia. Bakpia yang mempunyai lima varian rasa ini: keju, susu, coklat, kacang hijau dan ubi ungu, juga dijual di Superindo-Jogokaryan, Jejamuran Resto dan beberapa pusat oleh-oleh lain di Yogyakarta. Dalam enam bulan perjalanannya, Picho Bakpia kini telah tersebar di delapan outlet.
Harga untuk satu box Picho Bakpia isian dua puluh adalah senilai tiga puluh delapan ribu rupiah. Keistimewaan Picho Bakpia terletak pada kulitnya yang krispi serta gurih karena mengandung high quality butter. Keunggulan lain terletak pada Bakpia dengan varian isi cokelat yang menggunakan liquor choco yang mengandung cokelat pekat dengan hanya sedikit kandungan cocoa butter.
Meskipun terbilang pemain baru di ranah oleh-oleh khas Yogyakarta, Picho bakpia tidak ingin ketinggalan untuk berpromosi. Saat ini beberapa agenda promosi telah dijalankan seperti Buy 1 Get 1 Free, pameran kuliner serta menjadi merchant kulineran.com.
Komentar