Langsung ke konten utama

Men Endorser Magnum Vs Haagen Dazs


Banyak sekali kini brand yang melakukan leveraging market baik yang secara soft maupun hard. Seperti es krim yang baik oleh Magnum maupun Haagen Dazs bisa dirubah imej-nya bahwa es krim tidak hanya sebagai konsumsi anak-anak. Awalnya, justru positioning Haagen Dazs maupun Magnum memang diarahkan untuk target perempuan muda-dewasa yang menurut asumsi penulis di kisaran usia 20-35 tahun. 

     Kini, dua brand es krim ini (yang didahului oleh Haagen Dazs) mencoba berani memunculkan endorser sosok pria muda-dewasa. Awal tahun 2014 ini, penulis agak kaget ketika mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta, melihat tampang Bradley Cooper telah memenuhi wall cover di outlet Haagen Dazs, padahal sebelumnya dihiasi oleh model cantik dengan rambut panjang bergelombang. Beberapa minggu kemudian, penulis mendapati TV Commercial Haagen Dazs yang menceritakan si pria yang sangat menyukai es krim ini digoda oleh seorang perempuan yang ternyata hanya ingin merebut es krim darinya. Mengenai ide tersebut, dalam benak penulis berkata "come on, cowok rebutan es krim sama cewek?" Thus, it names as: over-positioning bagi penulis. 

    Berbeda dengan apa yang disajikan oleh Magnum di bulan Agustus 2014 ini ketika Magnum co-branding dengan sebuah brand otomotif besar dunia yakni Porsche. Dalam TV Commercial-nya, si cewek Magnum "melarikan diri" dari sebuah kejaran paparazzi yang diselamatkan oleh si Pria penunggang Porsche yang dipercayakan pada Orlando Bloom. Berbicara mengenai peran gender dalam dua brand yang berkompetisi ini, bagi penulis peran Orlando Bloom sebagai endorser terbaru di es krim Magnum lebih make sense, wajar jika pria elegan penunggang Porsche menyukai perempuan berani sekaligus elegan penyuka es krim Magnum.
     Apabila Anda penggemar es krim, mana yang lebih sesuai dengan jiwa Anda, Magnum atau Haagen Dazs?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garri Juanda, Tentang Karir, Bisnis dan Tentang Anak

Apa yang membuat AW&Co (PR & MarComm Consulting) tertarik mengulas Garri Juanda berawal dari kiprahnya yang pernah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Tokopedia. Ia telah bergabung dengan Tokopedia sejak tahun 2016 dan telah memegang berbagai posisi, termasuk Vice President of Marketplace dan Co-Head of Marketplace. Garri lahir dan besar di Jakarta. Ia lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, dengan mengambil jurusan Business Administration. Setelah lulus dari universitas pada tahun 2007, Garri bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama dua tahun. Pada tahun 2009, Garri bergabung dengan Rakuten, perusahaan e-commerce terbesar di Jepang. Di Rakuten, Garri bekerja sebagai product manager dan kemudian sebagai lead corporate planning officer. Selama bekerja di Rakuten, Garri terlibat dalam pengembangan berbagai produk dan layanan baru, termasuk Rakuten Mar...

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan...

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  di...