Langsung ke konten utama

Dibalik Krisis Toyota Tahun 2010

Toyota yang dikenal sebagai raksasa perusahaan otomotif dari jepang-pun ternyata pernah mengalami krisis pada tahun 2010. Diawali dengan ditariknya 3,8juta unit mobil Toyota di Amerika Serikat pada September 2009 menyusul ratusan ribu unit lainnya di negara-negara lain seperti Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika. Amerika Serikat menjadi Negara yang pertama dengan jumlah penarikan unit mobil Toyota terbesar dikarenakan Kementrian Transportasi AS telah menerima sekitar 100 laporan mengenai kecelakaan akibat pedal gas yang terblokir. 17 laporan diantaranya berakhir dengan kecelakaan di mana 5 orang tewas. Namun pada akhirnya Toyota mulai bernafas lega, sistem elektronik pedal gas mobil yang diproduksinya terbukti tidak bermasalah. Teknisi badan antariksa NASA memeriksa kemudian meloloskan mobil Jepang itu usai inspeksi yang berlangsung selama 10 bulan. Masalah gas pedal Toyota disorot khusus, karena sejumlah orang mengalami kecelakaan, bahkan tewas, setelah mobil yang dikendarai semakin cepat meluncur akibat pedal-gas yang tak bisa dikontrol. 
            Meski penelitian pada akhirnya membuktikan bahwa tidak ada kesalahan produksi dalam mobil Toyota, namun pemberitaan miring mengenai perusahaan ini bergulir dengan cepat. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh cara penyampaian pihak Toyota ke publik melalui media yang berkesan kurang ramah, seperti yang dicantumkan pada website resminya sebagai berikut:

            Opini publik yang muncul ketika membaca klarifikasi tersebut adalah pihak Toyota seolah-olah seperti lepas tanggung jawab dan menyerahkan penanganan komplain kepada dealer. Di sisi lain, ternyata rilis pernyataan tersebut ke website maupun media adalah dalam rangka publikasi upaya penanganan krisis yang dialami oleh Toyota. Mengapa demikian sebab ternyata, CEO Toyota waktu itu yang bernama Akio Toyoda, mengunjungi sendiri dealer-dealer di negara-negara yang tercantum di atas dan memastikan penarikan mobil Toyota dalam jumlah besar baik yang dianggap bermasalah maupun tidak. Kunjungan CEO Toyota tersebut tentu saja untuk mengarahkan pihak dealer supaya turut membantu penanganan komplain atau memberikan klarifikasi atas isu yang menerpa Toyota saat itu.
            Krisis yang terjadi pada Toyota di tahun 2010 menjadi momen titik balik yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Membangun citra Toyota yang menurun sangat sulit, karena mereka merupakan perusahaan yang sudah bertahun-tahun mendapat kepercayaan fanatik masyarakat. Tanpa dipungkiri isu krisis yang dialami Toyota tersebut juga berimbas pada Toyota Indonesia. Langkah Toyota Indonesia dalam membangun citra yang sempat terpuruk adalah dengan membuat iklan Toyota besar-besaran serta memberikan layanan call center 24 jam dalam 7 hari, gratis ganti oli terhadap mobil Toyota, dan memberikan diskon khusus bagi pengguna innova untuk makan gratis di food court di supermarket besar yang sudah bekerja sama dengan Toyota.

Daftar Pustaka
Rosady Ruslan, S.H.,M.M. 2006. Etika Kehumasan (Konsepsi dan Aplikasi). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
http://blog.tempointeraktif.com/ekonomi-bisnis/memulihkan-merek/
http://maverick.co.id/pr-communications/2010/02/toyota-crisis-management-not-a-good-example/





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garri Juanda, Tentang Karir, Bisnis dan Tentang Anak

Apa yang membuat AW&Co (PR & MarComm Consulting) tertarik mengulas Garri Juanda berawal dari kiprahnya yang pernah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Tokopedia. Ia telah bergabung dengan Tokopedia sejak tahun 2016 dan telah memegang berbagai posisi, termasuk Vice President of Marketplace dan Co-Head of Marketplace. Garri lahir dan besar di Jakarta. Ia lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2003 dan kemudian melanjutkan kuliah di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, dengan mengambil jurusan Business Administration. Setelah lulus dari universitas pada tahun 2007, Garri bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama dua tahun. Pada tahun 2009, Garri bergabung dengan Rakuten, perusahaan e-commerce terbesar di Jepang. Di Rakuten, Garri bekerja sebagai product manager dan kemudian sebagai lead corporate planning officer. Selama bekerja di Rakuten, Garri terlibat dalam pengembangan berbagai produk dan layanan baru, termasuk Rakuten Mar...

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan...

Kalau (Pak) Andin Rahmana Ngobrol Digital Marketing

Andin Rahmana, seorang profesional di bidang digital marketing adalah relasi AW&Co Communication & Business consulting sejak beliau masih di Yogyakarta pada medio tahun 2012. Sebagai seorang ayah dengan dua anak, Andin terbiasa “juggling” dalam aktivitas sebagai kepala keluarga dan karir yang dijalani. Saat ini, Andin menjabat sebagai Head of Academic & Community di Purwadhika Digital Technology School. Padahal, Saat Kuliah Ingin Jadi Penyiar Perjalanan karir Andin dimulai dari minatnya pada dunia penyiaran. Saat masih menempuh studi S1 di bidang komunikasi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Andin mencoba peruntungannya menjadi penyiar di radio Swaragama FM, sebuah radio terkenal di Yogyakarta. Meskipun suaranya belum memenuhi kriteria sebagai penyiar, pihak manajemen Swaragama melihat potensi Andin di bidang lain, yaitu digital marketing. Andin pun memulai karir pertamanya di bidang digital marketing pada tahun 2010 dengan mengelola website serta akun Twitter dan Face...