Langsung ke konten utama

Kalau (Pak) Andin Rahmana Ngobrol Digital Marketing


Andin Rahmana, seorang profesional di bidang digital marketing adalah relasi AW&Co Communication & Business consulting sejak beliau masih di Yogyakarta pada medio tahun 2012. Sebagai seorang ayah dengan dua anak, Andin terbiasa “juggling” dalam aktivitas sebagai kepala keluarga dan karir yang dijalani. Saat ini, Andin menjabat sebagai Head of Academic & Community di Purwadhika Digital Technology School.

Padahal, Saat Kuliah Ingin Jadi Penyiar

Perjalanan karir Andin dimulai dari minatnya pada dunia penyiaran. Saat masih menempuh studi S1 di bidang komunikasi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Andin mencoba peruntungannya menjadi penyiar di radio Swaragama FM, sebuah radio terkenal di Yogyakarta. Meskipun suaranya belum memenuhi kriteria sebagai penyiar, pihak manajemen Swaragama melihat potensi Andin di bidang lain, yaitu digital marketing.

Andin pun memulai karir pertamanya di bidang digital marketing pada tahun 2010 dengan mengelola website serta akun Twitter dan Facebook resmi Swaragama. Dari sinilah, ketertarikan dan kemampuannya dalam dunia digital marketing mulai berkembang pesat hingga studi S1-nya selesai.

Mencoba Kolam Karir Yang Lebih Besar

Setelah meninggalkan Swaragama di Yogyakarta, Andin melanjutkan karirnya di Jakarta. Ia bergabung dengan Kawan Lama Retail (ACE Hardware, Informa, Toys Kingdom) selama satu tahun sebelum kemudian berkarir di CT Corp selama tiga tahun. Pada saat yang bersamaan, Andin juga menjadi mentor Digital Marketing secara part-time di Purwadhika. Dedikasinya dalam mengajar dan kecintaannya pada bidang ini membuatnya memutuskan untuk bergabung secara penuh waktu di Purwadhika sejak tahun 2019.

Pandangan Andin tentang Tren Digital Marketing

Sebagai seorang praktisi digital marketing yang berpengalaman, Andin melihat tren terbaru dalam bidang ini, terutama dengan hadirnya teknologi seperti AI dan Chatbot. Meski demikian, Andin menekankan bahwa marketing adalah ilmu sosial yang membutuhkan sentuhan humanis. Teknologi, menurutnya, harus diberikan input atau prompt yang jelas dan tepat dari manusia agar bisa bekerja efektif.

Andin juga menyampaikan pentingnya literasi dalam digital marketing, mengingat masih banyak kesalahpahaman yang terjadi di industri ini. Menurutnya, ada beberapa poin utama yang perlu diperhatikan:

  1. Interaksi Lebih Penting daripada Sekadar Promosi: Masih banyak yang menganggap digital marketing sama seperti traditional marketing, di mana yang terpenting adalah memposting konten promosi. Padahal, poin utama dari digital marketing adalah interaksi dengan audiens.
  2. Data Sebagai Panduan: Banyak marketer yang masih membuat konten berdasarkan feeling atau insting, padahal seharusnya mereka memanfaatkan data, seperti tren yang sedang berkembang dan karakteristik follower.
  3. Digital Marketing Bukan Solusi Tunggal: Digital marketing sering kali dianggap sebagai solusi semua masalah, padahal ia hanyalah satu bagian dari konsep marketing mix, yakni hanya berfokus pada "promotion."

Untuk memperdalam pengetahuannya, Andin juga telah menyelesaikan studi lanjutan di bidang MBA di Institut Teknologi Bandung (ITB), yang semakin memperkaya pemahamannya dalam mengelola strategi digital marketing.

A Digital Marketing Work - Life Balance

Sebagai seorang suami dan ayah, Andin selalu berusaha memaksimalkan waktu bersama keluarganya. Akhir pekan menjadi momen penting bagi Andin untuk quality time bersama istri dan anak-anaknya. Di sela-sela kesibukan, ia juga masih sempat menjalankan hobinya, yaitu jogging.

Dalam pandangannya tentang digital marketing, Andin menekankan bahwa metode ini bukanlah ilmu pasti. Tantangan selalu ada, dan eksplorasi untuk menemukan konsep yang benar-benar bekerja sangat diperlukan. Oleh karena itu, Andin mendorong para praktisi digital marketing untuk terus melakukan eksperimen dan mencari pendekatan yang paling efektif untuk brand mereka.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer